Konsekuensi diberlakukan untuk mengajari anak tentang aturan dan kedisiplinan, sama dengan mengajarkan anak yang belum bisa belajar bahasa Inggris. Tetapi memberikan konsekuensi terhadap anak tidak boleh sembarangan. Jika keliru, anak akan terluka batinnya, membuatnya menjadi pendendam.

Konsekuensi ini diberikan ketika anak melakukan kesalahan. Kesalahan ini tidak lantas membuat Anda sebagai orang tua marah-marah tidak jelas. Ada aturan main yang sebaiknya dilakukan.

Tujuannya adalah supaya anak tidak melanggar aturan tersebut. Dan anak tidak terluka lantaran Anda memberikan hukuman terhadapnya. Nah, bagaimana cara memberikan konsekuensi pada anak yang benar?

Berikan Konsekuensi Sesuai Permasalahannya

Kesalahan anak sangatlah wajar. Namun kesalahan ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Tujuannya agar anak tidak melakukannya kembali atau berhati-hati untuk tidak mengerjakannya.

Ketika dibiarkan, anak merasa jika hal yang dilakukan itu baik. Membuatnya lebih sering melakukan kesalahan yang sama. Inilah yang sebaiknya ditangani secepat mungkin.

Supaya anak tidak melakukannya, memberikan hukuman yang sepadan adalah pilihan yang benar. Tentunya yang berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan. Lantas, hukuman seperti apa yang pantas diberikan pada anak?

Contohnya bila anak menumpahkan minuman di atas karpet saat bermain. Hukuman yang pas adalah memintanya untuk mengeringkannya. Bukan membatasinya untuk bermain atau nonton TV selama beberapa waktu.

Hukuman itu jauh lebih baik. Pasalnya, anak akan belajar tentang bagaimana memperbaiki kesalahannya. Kemudian, anak akan berfikir dan berprilaku hati-hati agar tidak melakukannya lagi.
Berbeda jika Anda memberikan larangan untuk nonton TV sebagai hukumannya. Hukuman ini hanya akan mencegahnya untuk melakukan hal tersebut. Tapi dibalik itu, anak tidak memperoleh cara untuk memperbaiki kesalahannya.

Keadaan seperti ini baiknya dihindari. Ada baiknya Anda mengajari bagaimana cara menangani masalah. Buatlah anak mampu berfikir logis supaya daya fikirnya lebih berkembang. Suatu hari nanti, kemampuannya akan terlihat. Yakni kemampuannya dalam mengatasi masalah yang dibuatnya sebagai bagian dari konsekuensi.

Sesuaikan Kemampuan Anak Saat Memperbaiki Kesalahannya

Kemampuan anak bisa dilihat dari usianya. Tidak dibenarkan memberikan hukuman yang bisa memberatkannya. Karena hukuman terlalu berat hanya akan membuatnya tidak mampu, dan efek jeranya lantaran terpaksa.

Kadang anak menjadi pendendam. Membuat anak sulit dikendalikan. Bila diberikan arahan, arahan ini dimentahkan oleh anak akibat melekat kemarahannya pada orang tua. Oleh karenanya, berfikirlah logis saat memberikan hukuman padanya.

Misalkan anak diberikan hukuman untuk mengeringkan karpet, pastikan apakah anak sudah mampu atau belum. Jika belum, temanilah anak untuk menjalani hukuman tersebut. Menemaninya lebih baik, karena Anda bisa sambil memberikan arahan mengenai langkah yang harusnya diambil.

Ilustrasinya bisa seperti ini. Pertama, tunjukkan caranya untuk mengeringkannya. Kedua, bantulah dirinya bila terasa berat. Dengan begitu, anak akan mau melakukannya dengan senang hati.
Kuncinya, Anda tetap memberikan kasih sayang terhadapnya. Hal ini tercermin dari kedekatan emosi saat memberikan pengajaran. Hasilnya, anak menyadari akan kesalahannya, dan merasa bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.

Hubungan yang baik tentu saja membuat hati anak bahagia. Anak merasa lebih nyaman saat menjalani hukuman. Dan anak akan terbiasa mandiri untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan yang dibuatnya.

Jauhi Kebiasaan Membentak Saat Memberikan Hukuman

Tidak dipungkiri jika Anda mungkin jengkel ketika anak melakukan kesalahan. Tetapi bukan berarti Anda harus meluapkan kejengkelan dengan membentak atau memarahi anak sejadinya.

Membentak anak akan mengagetkan dan melukai perasaan anak. Luka batin ini akan terus tersimpan. Anak bisa saja jera, tetapi takut untuk berhadapan dengan Anda di setiap kesempatan. Biasanya, anak akan menghindar secepat mungkin agar tidak dibentak oleh Anda.

Takutnya anak hanya akan membuat dirinya berprilaku negatif. Mulai dari membiasakan untuk berdusta, sampai berprilaku kasar karena munculnya sifat pendendam di dalam hatinya.
Supaya tidak terbentuk sifat pendendamnya, berikan hukuman dengan ucapan yang sama lembutnya. Kelembutan ucapan akan mudah diterima oleh anak. Hatinya tetap merasa bahagia, dan anak menjalani hukuman dengan senang hati.

Kenalkan Aturan Baik Dan Buruk

Memberikan hukuman ini tidak boleh dilakukan ketika anak belum mengerti akan aturannya. Ingat, anak akan belajar banyak. Bahkan dari kesalahan yang dibuatnya. Jika anak melakukan kesalahan yang belum dimengerti aturannya, maka baiknya adalah menasehatinya. Misalnya anak membiarkan mainannya berserakan. Untuk pertama kalinya, kasih arahan jika itu tidak baik.

Berikan pemahaman jika merapikan mainannya itu baik dan harus dilakukan setelah selesai dimainkan. Ini menjadi aturan sederhana yang wajib diajarkan. Aturan ini berlaku untuk berbagai kegiatan di rumah.

Jika anak sudah tahu dan masih melakukannya, silahkan berikan hukuman yang sesuai dengan kesalahannya. Ini akan diterima oleh anak, apalagi jika Anda mendampinginya.

Kesimpulannya, memberikan konsekuensi/hukuman harusnya diberikan saat anak melanggar aturan. Dan hukuman tersebut sebaiknya sesuai dengan kesalahannya agar anak juga belajar tentang kesalahannya. Itulah cara memberikan konsekuensi pada anak yang tidak melukai hatinya.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *